Tuesday, October 24, 2017

Ilmu Budaya Dasar (Budaya Daerah, Budaya Nasional dan Budaya Asing)


BAB I
Pendahuluan

Kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses pembangunan atau keberlanjutan suatu bangsa. Lebih-lebih jika bangsa itu sedang membentuk watak dan kepribadiannya yang lebih serasi dengan tantangan zamannya. Dilihat dari segi kebudayaan, pembangunan tidak lain adalah usaha sadar untuk menciptakan kondisi hidup manusia yang lebih baik. Mencip­takan lingkungan hidup yang lebih serasi. Menciptakan kemudahan atau fasilitas agar kehidupan itu lebih nikmat. Pembangunan adalah suatu intervensi manusia terhadap alam lingkungannya, baik lingkungan alam fisik, maupun lingkungan sosial budaya.
Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Serentak dengan laju perkembangan dunia, terjadi pula dinamika masyarakat. Terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Terjadilah pergeseran sistem nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia di dalam masyarakatnya.
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masya­rakat adil dan makmur yang merata, materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila. Bahwa hakekat pembangunan Nasional adalah pembangunam manusia Indonesia seutuhnya dan pcmbangunan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah tentu pendekatan dan strategi pembangunan hendaknya menempatkan manusia scbagai pusat interaksi kegiatan pembangunan spiritual maupun material. Pembangunan yang melihat manusia sebagai makhluk budaya, dan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Hal itu berarti bahwa pembangunan seharusnya mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia. Menumbuhkan kepercayaan diri sebagai bangsa. Menumbuhkan sikap hidup yang seimbang dan berkepribadian utuh. Memiliki moralitas serta integritas sosial yang tinggi. Manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Mahasa Esa.
Dewasa ini kita dihadapkan paling tidak kepada tiga masalah yang saling berkaitan, yaitu
1). Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa, dengan latar belakang sosial budaya yang beraneka ragam. Kemajemukan tersebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu diperlukan sikap yang mampu mengatasi ikata-ikatan primor­dial, yaitu kesukuan dan kedaerahan.
2). Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan itu nampak terjadinya pergeseran sistem nilai budaya, penyikapan yang berubah pada anggota masyarakat tcrhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam kelompok-kclompok masyarakat. Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dapat dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan kita sebagai bangsa.
3). Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, yang membawa pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing itu bukan hanya itensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya bcrlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.
Kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan lokal. Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambing dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.
            Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.
                                                                                           






BAB II
Pembahasan

 2.1 Pengertian Kebudayaan
Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang berjudul “PrimitiveCulture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda,
Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupanan masyarakat.
Secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, yang meliputi:
b.kebudayaan materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia, misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain-lain.
c.Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
2.Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
3.Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia (secara individual maupun kelompok) dapat mempertahankan kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah hampir semua tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. 
2.2 Budaya Lokal
            Dalam wacana kebudayaan dan sosial, sulit untuk mendefinisikan dan memberikan batasan terhadap budaya lokal atau kearifan lokal, mengingat ini akan terkait teks dan konteks, namun secara etimologi dan keilmuan, tampaknya para pakar sudah berupaya merumuskan sebuah definisi terhadap local culture atau local wisdom ini. berikut penjelasannya:
  • Superculture, adalah kebudayaan yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Contoh: kebudayaan nasional;
  • Culture, lebih khusus, misalnya berdasarkan golongan etnik, profesi, wilayah atau daerah. Contoh : Budaya Sunda;
  • Subculture, merupakan kebudyaan khusus dalam sebuah culture, namun kebudyaan ini tidaklah bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh : budaya gotong royong
  • Counter-culture, tingkatannya sama dengan sub-culture yaitu merupakan bagian turunan dari culture, namun counter-culture ini bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh : budaya individualisme
            Dilihat dari stuktur dan tingkatannya budaya lokal berada pada tingat culture. Hal ini berdasarkan sebuah skema sosial budaya yang ada di Indonesia dimana terdiri dari masyarakat yang bersifat manajemuk dalam stuktur sosial, budaya (multikultural) maupun ekonomi. Dalam penjelasannya, kebudayaan suku bangsa adalah sama dengan budaya lokal atau budaya daerah. Sedangkan kebudayaan umum lokal adalah tergantung pada aspek ruang, biasanya ini bisa dianalisis pada ruang perkotaan dimana hadir berbagai budaya lokal atau daerah yang dibawa oleh setiap pendatang, namun ada budaya dominan yang berkembang yaitu misalnya budaya lokal yang ada dikota atau tempat tersebut. Sedangkan kebudayaan nasional adalah akumulasi dari budaya-budaya daerah.
            Definisi Jakobus itu seirama dengan pandangan Koentjaraningrat (1994). Koentjaraningrat memandang budaya lokal terkait dengan istilah suku bangsa, dimana menurutnya, suku bangsa sendiri adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan ’kesatuan kebudayaan’. Dalam hal ini unsur bahasa adalah ciri khasnya.
            Menurut Judistira (2008:141), kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional.
            Dalam pengertian yang luas, Judistira (2008:113)  mengatakan bahwa kebudayaan daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan melalui kesenian belaka; tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara berperilaku, bertindak, serta pola pikiran yang berada jauh dibelakang apa yang tampak tersebut.
Unsur-unsur yang mempengaruhi kebudayaan pada suatu daerah antara lain :
  1. religi atau kepercayaan
  2. kekerabatan dan organisasi sosial
  3. mata pencaharian
  4. peralatan hidup
  5. bahasa
  6. kesenian
  7. pengetahuan
contoh secara umum kebudayaan lokal yang terdapat di Indonesia antara lain:
Tradisi upacara labuhan merapi
Contoh budaya lokal yang pertama adalah tradisi upacara labuhan merapi. Tradisi ini dilaksanakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke 10 setiap tanggal 30 rajab.
Tadisi Ngaben
Contoh yang kedua adalah tradisi ngaben. Tadisi ini merupakan suatu upacara pembakaran mayat yang dilakukan oleh mereka para penganut agama Hindu di Bali.
Tradisi Batapung tawar maayun
Contoh budaya lokal yang ketiga adalah batapung tawar maayun, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Martapura, Amuntai, Kandangan dan Banjarmasin sebagai upacara untuk memanjatkan puji syukur kepada Allah swt karena telah dikarunia anak. Ada juga yang mengatakan bahwa tradisi ini adalah penyerahan bayi dari bidan ke ibunya.
Tradisi era-era tu urau
Contoh budaya lokal yang ke-empat adalah tradisi era-era tu urau. Tradisi ini adalah upacara tindik telinga untuk anak perempuan atau gadis yang akan menginjak dewasa. Tradisi ini dilaksanakan di daerah Waropen, Irian Jaya.
Tradisi adat jawa
Contoh budaya lokal yang selanjutnya datang dari jawa, atau pulau jawa. Ada beberapa contoh tradisi adat jawa, dan berikut ini adalah contohnya :
  • Brokohan, merupakan suatu upacara kelahiran bayi tujuannya sebagau ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  • Selapanan, upacara pemberian nama pada bayi yang baru berusia 35 hari setelah kelahiran, tujuannya sebagai wujud syukur dan mendoakan si bayi agar diberi kesehatan, dan menjadi pribadi yang baik.
  • Tedhak sinten, yaitu tradisi adat jawa yang merupakan upacara bagi bayi yang usianya 5 - 6 bulan saat pertama turun ke tanah. Tujuan dari tradisi ini adalah agar si anak menjadi pribadi yang mandiri dan sukses ketika besar nanti.
  • Tetesan, yaitu suatu tradisi adat jawa yang merupakan upacara khitanan untuk putri raja yang usianya telah 8 tahun.
  • Supitan, yaitu tradisi adat jawa berupa upacara khitanan untuk putra bangsawan yang usianya sudah 8 tahun.
  • Tarapan, yaitu tradisi adat jawa yang merupakan inisiai haidh pertama kali untuk anak perempuan atau gadis.
 Dan masih banyak lagi contoh-contoh budaya lokal di Indonesia yang memiliki keunikan dan ke khasan yang diwariskan oleh masing-masing daerah.
2.3  Budaya Nasional
            Budaya Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di Negara tersebut. Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan dareah lain di suatu Negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari Negara tersebut. Misalkan daerah satu dengan yang lain memang berbeda, tetapi jika dapat menyatukan perbedaan tersebut maka akan terjadi budaya nasional yang kuat yang bisa berlaku di semua daerah di Negara tersebut walaupun tidak semuanya dan juga tidak mengesampingkan budaya daerah tersebut. Contohnya Pancasila sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti oleh seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan “bhineka tunggal ika”.
            Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di Negara tersebut. Kebudayaan Nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua budaya yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu tak ada Kebudayaan Nasional. Itu tidak berarti Kebudayaan Nasional sekadar penjumlahan semua budaya lokal di seantero Nusantara. Kebudayan Nasional merupakan realitas, karena kesatuan nasional merupakan realitas. Kebudayaan Nasional akan mantap apabila di satu pihak budaya-budaya Nusantara asli tetap mantap, dan di lain pihak kehidupan nasional dapat dihayati sebagai bermakna oleh seluruh warga masyarakat Indonesia (Suseno; 1992).
            Pembatasan atau perbedaan antara budaya nasional dan budaya lokal atau budaya daerah menjadi sebuah penegasan untuk memilah mana yang disebut budaya nasional dan budaya lokal baik dalam konteks ruang, waktu maupun masyarakat penganutnya. Budaya nasional juga bisa dikatakan sebagai keanekaragaman kebudayaan lokal yang berusah ditampung dan disatukan dalam lingkup sebuah negara, sehingga budaya nasional diakui sebagai identitas nasional bangsa indonesia. Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Koentjaraningrat mengatakan bahwa ”kebudayaan nasional” adalah suatu kebudayaan yang didukung oleh sebagian besar warga suatu negara, dan memiliki syarat mutlak bersifat khas dan dibanggakan, serta memberikan identitas terhadap warga. Dengan demikian, budaya nasional adalah budaya yang dihasilkan oleh masyarakat bangsa tersebut sejak zaman dahulu hingga kini sebagai suatu karya yang dibanggakan yang memiliki kekhasan bangsa tersebut dan memberi identitas warga, serta menciptakan suatu jati diri bangsa yang kuat. Unsur-unsur dalam kebudayaan nasional hanya dapat dimanifestasikan pada unsur budaya bahasa, kesenian, pakaian, dan upacara ritual. Unsur kebudayaan lain bersifat universal sehingga tidak dapat memunculkan sifat khas, seperti teknologi, ekonomi, sistem kemasyarakatan, dan agama. Kebudayaan nasional sesungguhnya dapat berupa sumbangan dari kebudayaan lokal. Jadi, sumbangan beberapa kebudayaan lokal tergabung menjadi satu ciri khas yang kemudian menjadi kebudayaan nasional.
Contoh – contoh kubadaya nasional antara lain :
Pakaian Nasional
Pakaian adat Indonesia jumlahnya sangat banyak. Hampir setiap daerah memiliki pakaian adatnya masing-masing dan dari banyaknya pakaian adat itu dipilihlah beberapa pakaian adat yang dapat mewakili Indonesia secara umum.
Contohnya, di Jawa ada batik, beskap dan kebaya. Di Bali ada kamben. Di Nusa Tenggara ada kain tenun yang menjadi ciri khasnya.
Untuk mewakili Indonesia secara umum dipilihlah batik dan kebaya sebagai pakaian nasional. Batik mendapatkan perhatian dan tanggapan yang cukup baik dari dunia internasional. Hal ini tidak lepas dari perjuangan para duta bangsa di berbagai bidang yang selalu mengenakan batik setiap kali bertandang ke luar negeri. Hingga saat ini hampir seluruh dunia telah mengetahui bahwa batik adalah pakaian nasional Indonesia.
Rumah Adat Nasional
Rumah adat yang paling sering dianggap sebagai rumah adat nasional di Indonesia adalah rumah joglo dan rumah gadang. Rumah joglo adalah rumah adat dari Jawa dan rumah gadang adalah rumah adat dari Minangkabau. Keduanya memiliki arsitektur yang unik dan sangat menggambarkan karakter serta ciri khas bangsa Indonesia. Tidak heran jika kedua rumah ini gambarnya sering terpampang di berbagai tempat yang mempromosikan keindahan Indonesia. Pemilihan rumah adat nasional diputuskan berdasarkan kecocokan dengan ciri khas bangsa Indonesia.
Alat Musik Nasional
Alat musik adat yang diangkat sebagai alat musik nasional adalah gamelan. Gamelan banyak digunakan di berbagai daerah di Indonesia seperti di Jawa dan di Bali. Gamelan dipilih karena dianggap dapat memberikan ciri khas bagi bangsa serta memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan alat musik lainnya. Gamelan harus dimainkan secara berkelompok untuk memberikan hasil suara musik yang baik. Oleh karena itu, gamelan sangat cocok untuk menggambarkan adat masyarakat Indonesia yang suka bergotong royong dan bekerjasama dalam kehidupannya.
Kesenian Nasional
Kesenian nasional Indonesia biasanya digambarkan dengan kesenian wayang kulit. Meskipun di Indonesia banyak sekali jenis kesenian adat yang bisa dipilih namun wayang kulitlah yang paling sering digunakan untuk menggambarkan kesenian nasional. Kesenian nasional ini harus selalu dilestarikan, jika tidak bisa saja negara lain mengambil kesenian ini dan mematenkannya sebagai kesenian nasional negara mereka. Hal ini seperti yang pernah terjadi pada reog Ponorogo yang pernah diakui oleh Malaysia sebagai kesenian nasional negaranya. Wayang kulit pun hampir bernasib sama karena hampir dipatenkan oleh negara lain sebagai kesenian nasionalnya. Hal ini dikarenakan Indonesia dan Malaysia adalah negara serumpun yang bisa saja banyak kesamaan dalam kebudayaan dan keseniannya. Jika tidak dilestarikan maka kesenian ini akan musnah dimakan perubahan jaman.
Masakan Nasional
Masakan nasional di Indonesia jumlahnya sudah tidak dapat dihitung lagi. Banyak sekali makanan tradisional yang bisa dijadikan masakan nasional. Yang paling lazim dijadikan ikon Indonesia adalah masakan rendang Padang. Hal ini dikarenakan rendang Padang telah memiliki pamor yang sangat baik di negara lain bahkan di dunia. Rendang dinobatkan sebagai salah satu makanan khas paling lezat di dunia sehingga tidak heran lagi jika rendang didapuk sebagai masakan nasional Indonesia.
Peninggalan Bersejarah
Peninggalan sejarah yang menggambarkan kebudayaan nasional Indonesia sudah tidak bisa dihitung lagi jumlahnya. Candi Borobudur adalah salah satu yang paling sering dijadikan ikon peninggalan bersejarah di Indonesia. Candi Borobudur juga telah dinobatkan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang paling disukai oleh turis mancanegara. Selain itu masih ada Candi Prambanan di Sleman dan Klaten yang juga dijadikan ikon warisan budaya. Candi Prambanan memiliki keindahan tersendiri yang pada akhirnya banyak orang menobatkan Candi Prambanan sebagai ikon dari kebudayaan bersejarah di Indonesia.
2.4  Budaya Asing

Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
a. Sistem religi yang meliputi:
            o sistem kepercayaan
            o sistem nilai dan pandangan hidup
            o komunikasi keagamaan
            o upacara keagamaan
b. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:
            o kekerabatan
            o asosiasi dan perkumpulan
            o sistem kenegaraan
            o sistem kesatuan hidup
            o perkumpulan
c. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:
            o flora dan fauna
            o waktu, ruang dan bilangan
            o tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia
d. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk:
            o lisan
            o tulisan
e. Kesenian yang meliputi:
            o seni patung/pahat
            o relief
            o lukis dan gambar
            o rias
            o vokal
            o musik
            o bangunan
            o kesusastraan
            o drama
f. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi:
            o berburu dan mengumpulkan makanan
            o bercocok tanam
            o peternakan
            o perikanan
            o perdagangan
g. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi:
            o produksi, distribusi, transportasi
            o peralatan komunikasi
            o peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
            o pakaian dan perhiasan
            o tempat berlindung dan perumahan
            o senjata

            Budaya Dalam era globalisasi seperti sekarang ini kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya rakyat Indonesia yang bergaya hidup kebarat-baratan seperti mabuk-mabukkan,clubbing,memakai pakaian mini,bahkan berciuman di tempat umum seperti sudah lumrah di Indonesia. Proses akulturasi di Indonesia tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus: ”the things of humanity all humanity enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif. Proses filtrasi perlu dilakukan sedini mungkin supaya kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia tidak akan merusak identitas kebudayaan nasional bangsa kita. Tetapi bukan berarti kita harus menutup pintu akses bangsa barat yang ingin masuk ke Indonesia, karena tidak semua kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia berpengaruh negatif, tetapi juga ada yang memberi pengaruh positif seperti memajukan perkembangan IPTEK di Indonesia. Prioritas yang perlu kita lakukan terhadap kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia adalah kita harus lebih selektif kepada kebudayaan barat.
            Dampak kebudayaan barat di Indonesia dicerminkan dalam wujud globalisasi dan modernisasi yang dapat membawa dampak positif dan dampak negatif bagi bangsa kita.
Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
           Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
           Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
           Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Dampak Negatif
Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.
a. Pola Hidup Konsumtif
           Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
           Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
            Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
            Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan social menyebabkan adanya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga sangat mungkin bias merusak kebhinekaan dan ketunggalikaan Bangsa Indonesia
Contoh kebudayaan asing yang memengaruhi kebudayaan nasional :

Wayang
Wayang di Indonesia sangat besar pengaruhnya dari India. Wayang di Indonesia terdiri dari pelbagai jenis, ada wayang geber, wayang kulit, wayang wong, dan bentuk wayang lain. Keseluruhannya telah menjadi kebudayaan nasional karena telah menjadi identitas khas bangsa Indonesia, kebanggaan bangsa Indonesia, dan telah ada sejak beberapa abad yang lalu. Pengaruh asing, dalam hal ini berasal dari India merasuk kuat pada wayang Indonesia.
Baju Daerah
Baju adat Betawi yang digunakan saat pernikahan yang merupakan campuran budaya Tionghoa dan Arab. Pakaian pengantin wanita terpengaruh budaya Tionghoa, sedangkan baju pengantin laki-laki terpengaruh budaya Arab. Dari rona pakaiannya pun, dapat terlihat. Merah dan emas ialah rona nan identik dengan masyarakat Tionghoa. Campuran seperti ini tentunya sudah terjadi sejak dulu, saat Indonesia didatangi negara lain. Budaya pun ikut memberi pengaruh terhadap budaya daerah dan masyarakatnya.
Tari Tradisional                                                
Tari seudati berasal dari Aceh merupakan tari nan terpengaruh oleh budaya Melayu dan Arab, khususnya budaya Islam. Saat agama Islam masuk ke Aceh, budayanya ikut memengaruhi tarian, termasuk tari seudati. Tari seudati sendiri berasal dari kata syahadat nan berarti 'pengakuan terhadap Allah dan Nabi Muhammad'. Syair-syair nan dibawakan dalam tarian ini pun menggunakan bahasa Arab dan Melayu. Dengan dialek Aceh nan khas saat mendendangkan syair tersebut, tarian ini menjadi budaya akulturasi nan indah.
Dan banyak lagi kebudayaan asing yang mempengaruhi kebudayaan nasioanal baik yang sifatnya Positif maupun sifatnya negatif. Dalam mengatasi dampak negatif dari budaya asing yaitu dengan memperkuat budaya daerah (lokal) sehingga kebudayan nasional tidak akan digerus oleh jaman.

Apabila dilihat dalam gambar, maka proses pembentukan jati diri bangsa dalam konteks budaya daerah dan budaya asing itu sebenarnya harus lebih banyak berlandaskan pada budaya daerah sendiri dan bukan pada budaya asing. Dalam pembentukan jati diri bangsa, budaya daerahlah yang lebih banyak memainkan peranannya, sedangkan budaya asing berfungsi secara tidak langsung untuk memperkaya budaya daerah itu. Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa budaya-budaya daerah itulah yang seharusnya menjadi fundamen utama dalam pembentukan jati diri bangsa, bukan budaya asing. Apa yang disebut jati diri di sini tidak lain adalah karakteristik jiwa bangsa yang bersumber dari akar budaya masing -masing. Budaya-budaya daerah yang membentuk karakteristik masyarakatnya masing-masing, dengan sendirinya juga akan memberi jati diri pada setiap anak bangsa Indonesia. Dalam proses modernisasi atau dalam situasi apa pun jati diri bangsa harus tetap ada. Di samping itu, kita juga perlu menyadari bahwa globalisasi secara simultan pasti membawa dua dampak ( effects), yakni dampak positif dan negatif. Oleh karena itu, dalam memasuki era globalisasi tersebut, tantangan berat yang sesungguhnya harus kita hadapi adalah memperkukuh moral dan budaya bangsa.







BAB III
Kesimpulan

1.      Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
2.      Kebudayaan daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan melalui kesenian belaka; tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara berperilaku, bertindak, serta pola pikiran yang berada jauh dibelakang apa yang tampak tersebut.
3.      Budaya Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di Negara tersebut. Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan dareah lain di suatu Negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari Negara tersebut.
4.      Dampak kebudayaan barat di Indonesia dicerminkan dalam wujud globalisasi dan modernisasi yang dapat membawa dampak positif dan dampak negatif bagi bangsa kita.
    Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
    Dampak Negatif
a. Pola Hidup Konsumtif
b. Sikap Individualistik
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
d. Kesenjangan Sosial
5.  Contoh budaya daerah/budaya nasioanal yang dipengaruhi oleh budaya asing:
o   Kesenin wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan India
o   Baju adat Betawi yang digunakan saat pernikahan yang merupakan campuran budaya Tionghoa dan Arab
o   Tari seudati berasal dari Aceh merupakan tari nan terpengaruh oleh budaya Melayu dan Arab
o   Dan lain-lain


DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Deni.2000. Budaya Lokal Definisi dan Ruang Lingkupnya: Cultural Studies center for cross cultural communication  Bandung , Indonesia.  Kalam Hidup: Bandung
Koentjaraningrat, 1994, Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Judistira, F. (2008). Budaya Sunda : Melintasi Waktu Menentang Masa Depan. Bandung: Lemlit UNPAD


                      









No comments:

Post a Comment