BAB I
Pendahuluan
Kebudayaan
merupakan unsur penting dalam proses pembangunan atau keberlanjutan suatu
bangsa. Lebih-lebih jika bangsa itu sedang membentuk watak dan kepribadiannya
yang lebih serasi dengan tantangan zamannya. Dilihat dari segi kebudayaan,
pembangunan tidak lain adalah usaha sadar untuk menciptakan kondisi hidup
manusia yang lebih baik. Menciptakan lingkungan hidup yang lebih serasi.
Menciptakan kemudahan atau fasilitas agar kehidupan itu lebih nikmat.
Pembangunan adalah suatu intervensi manusia terhadap alam lingkungannya, baik
lingkungan alam fisik, maupun lingkungan sosial budaya.
Pembangunan membawa
perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Serentak
dengan laju perkembangan dunia, terjadi pula dinamika masyarakat. Terjadi
perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Terjadilah
pergeseran sistem nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan
interaksi manusia di dalam masyarakatnya.
Pembangunan Nasional
bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata,
materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila. Bahwa hakekat pembangunan
Nasional adalah pembangunam manusia Indonesia seutuhnya dan pcmbangunan seluruh
masyarakat Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah tentu pendekatan
dan strategi pembangunan hendaknya menempatkan manusia scbagai pusat interaksi kegiatan pembangunan spiritual
maupun material. Pembangunan yang melihat manusia sebagai makhluk budaya, dan
sebagai sumber daya dalam pembangunan. Hal itu berarti bahwa pembangunan
seharusnya mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia. Menumbuhkan
kepercayaan diri sebagai bangsa. Menumbuhkan sikap hidup yang seimbang dan
berkepribadian utuh. Memiliki moralitas serta integritas sosial yang tinggi.
Manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Mahasa Esa.
Dewasa ini kita
dihadapkan paling tidak kepada tiga masalah yang saling berkaitan, yaitu
1).
Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa, dengan
latar belakang sosial
budaya yang beraneka ragam. Kemajemukan tersebut tercermin dalam berbagai aspek
kehidupan. Oleh karena itu diperlukan sikap yang mampu mengatasi ikata-ikatan
primordial, yaitu kesukuan dan kedaerahan.
2).
Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan itu nampak
terjadinya pergeseran sistem nilai budaya, penyikapan yang berubah pada anggota
masyarakat tcrhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas
sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam
kelompok-kclompok masyarakat. Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam
hubungan antar anggota masyarakat. Dapat dipahami apabila pergeseran
nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan kita sebagai bangsa.
3).
Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, yang membawa
pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan
dari luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing itu
bukan hanya itensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya bcrlangsung
dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang
kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang
menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.
Kebudayaan
daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang
biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala
bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk terhadap budaya nasional,
begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan
daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan
lokal. Kebudayaan
merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas
dari suatu daerah juga mejadi lambing
dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.
Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka
menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap
individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan
dilestarikan oleh setiap suku bangsa.
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Kebudayaan
Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau
akal. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang kebudayaan
secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang berjudul
“PrimitiveCulture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia
sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda,
Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai
keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata
kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang
semuanya tersusun dalam kehidupanan masyarakat.
Secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.Kebudayaan
adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, yang meliputi:
b.kebudayaan
materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia,
misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain-lain.
c.Kebudayaan
non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat dan
diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
2.Kebudayaan
itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin
diperoleh dengan cara belajar.
3.Kebudayaan
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat kemungkinannya
sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak
mungkin manusia (secara individual maupun kelompok) dapat mempertahankan
kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah hampir semua tindakan manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
2.2 Budaya Lokal
Dalam
wacana kebudayaan dan sosial, sulit untuk mendefinisikan dan memberikan batasan
terhadap budaya lokal atau kearifan lokal, mengingat ini akan terkait teks dan
konteks, namun secara etimologi dan keilmuan, tampaknya para pakar sudah berupaya
merumuskan sebuah definisi terhadap local culture atau local wisdom ini.
berikut penjelasannya:
- Superculture, adalah kebudayaan yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Contoh: kebudayaan nasional;
- Culture, lebih khusus, misalnya berdasarkan golongan etnik, profesi, wilayah atau daerah. Contoh : Budaya Sunda;
- Subculture, merupakan kebudyaan khusus dalam sebuah culture, namun kebudyaan ini tidaklah bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh : budaya gotong royong
- Counter-culture, tingkatannya sama dengan sub-culture yaitu merupakan bagian turunan dari culture, namun counter-culture ini bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh : budaya individualisme
Dilihat dari stuktur dan tingkatannya budaya lokal berada pada tingat culture.
Hal ini berdasarkan sebuah skema sosial budaya yang ada di Indonesia dimana
terdiri dari masyarakat yang bersifat manajemuk dalam stuktur sosial, budaya
(multikultural) maupun ekonomi. Dalam penjelasannya, kebudayaan suku bangsa
adalah sama dengan budaya lokal atau budaya daerah. Sedangkan kebudayaan umum
lokal adalah tergantung pada aspek ruang, biasanya ini bisa dianalisis pada
ruang perkotaan dimana hadir berbagai budaya lokal atau daerah yang dibawa oleh
setiap pendatang, namun ada budaya dominan yang berkembang yaitu misalnya
budaya lokal yang ada dikota atau tempat tersebut. Sedangkan kebudayaan
nasional adalah akumulasi dari budaya-budaya daerah.
Definisi Jakobus itu seirama dengan pandangan Koentjaraningrat (1994).
Koentjaraningrat memandang budaya lokal terkait dengan istilah suku bangsa,
dimana menurutnya, suku bangsa sendiri adalah suatu golongan manusia yang
terikat oleh kesadaran dan identitas akan ’kesatuan kebudayaan’. Dalam hal ini
unsur bahasa adalah ciri khasnya.
Menurut Judistira (2008:141), kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan
regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam
bentukan kebudayaan nasional.
Dalam
pengertian yang luas, Judistira (2008:113) mengatakan bahwa kebudayaan
daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan melalui
kesenian belaka; tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara berperilaku,
bertindak, serta pola pikiran yang berada jauh dibelakang apa yang tampak
tersebut.
Unsur-unsur
yang mempengaruhi kebudayaan pada suatu daerah antara lain :
- religi atau kepercayaan
- kekerabatan dan organisasi sosial
- mata pencaharian
- peralatan hidup
- bahasa
- kesenian
- pengetahuan
contoh secara umum kebudayaan lokal yang terdapat di Indonesia antara
lain:
Tradisi upacara labuhan merapi
Contoh budaya lokal yang pertama adalah
tradisi upacara labuhan merapi. Tradisi ini dilaksanakan oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono ke 10 setiap tanggal 30 rajab.
Tadisi Ngaben
Contoh yang kedua adalah tradisi ngaben.
Tadisi ini merupakan suatu upacara pembakaran mayat yang dilakukan oleh mereka
para penganut agama Hindu di Bali.
Tradisi Batapung tawar maayun
Contoh budaya lokal yang ketiga adalah
batapung tawar maayun, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Martapura,
Amuntai, Kandangan dan Banjarmasin sebagai upacara untuk memanjatkan puji
syukur kepada Allah swt karena telah dikarunia anak. Ada juga yang mengatakan
bahwa tradisi ini adalah penyerahan bayi dari bidan ke ibunya.
Tradisi era-era tu urau
Contoh budaya lokal yang ke-empat adalah
tradisi era-era tu urau. Tradisi ini adalah upacara tindik telinga untuk anak
perempuan atau gadis yang akan menginjak dewasa. Tradisi ini dilaksanakan di
daerah Waropen, Irian Jaya.
Tradisi adat jawa
Contoh budaya lokal yang selanjutnya datang
dari jawa, atau pulau jawa. Ada beberapa contoh tradisi adat jawa, dan berikut
ini adalah contohnya :
- Brokohan, merupakan suatu upacara kelahiran bayi tujuannya sebagau ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Selapanan, upacara pemberian nama pada bayi yang baru berusia 35 hari setelah kelahiran, tujuannya sebagai wujud syukur dan mendoakan si bayi agar diberi kesehatan, dan menjadi pribadi yang baik.
- Tedhak sinten, yaitu tradisi adat jawa yang merupakan upacara bagi bayi yang usianya 5 - 6 bulan saat pertama turun ke tanah. Tujuan dari tradisi ini adalah agar si anak menjadi pribadi yang mandiri dan sukses ketika besar nanti.
- Tetesan, yaitu suatu tradisi adat jawa yang merupakan upacara khitanan untuk putri raja yang usianya telah 8 tahun.
- Supitan, yaitu tradisi adat jawa berupa upacara khitanan untuk putra bangsawan yang usianya sudah 8 tahun.
- Tarapan, yaitu tradisi adat jawa yang merupakan inisiai haidh pertama kali untuk anak perempuan atau gadis.
Dan masih banyak lagi
contoh-contoh budaya lokal di Indonesia yang memiliki keunikan dan ke khasan
yang diwariskan oleh masing-masing daerah.
2.3
Budaya Nasional
Budaya Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di Negara tersebut.
Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan
dareah lain di suatu Negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi
kebiasaan-kebiasaan dari Negara tersebut. Misalkan daerah satu dengan yang lain
memang berbeda, tetapi jika dapat menyatukan perbedaan tersebut maka akan
terjadi budaya nasional yang kuat yang bisa berlaku di semua daerah di Negara
tersebut walaupun tidak semuanya dan juga tidak mengesampingkan budaya daerah
tersebut. Contohnya Pancasila sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu
Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti
oleh seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk
menyatukan Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang
berbeda budaya tiap daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya
dalam semboyan “bhineka tunggal ika”.
Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di Negara
tersebut. Kebudayaan Nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua budaya
yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu tak ada
Kebudayaan Nasional. Itu tidak berarti Kebudayaan Nasional sekadar penjumlahan
semua budaya lokal di seantero Nusantara. Kebudayan Nasional merupakan
realitas, karena kesatuan nasional merupakan realitas. Kebudayaan Nasional akan
mantap apabila di satu pihak budaya-budaya Nusantara asli tetap mantap, dan di
lain pihak kehidupan nasional dapat dihayati sebagai bermakna oleh seluruh
warga masyarakat Indonesia (Suseno; 1992).
Pembatasan atau perbedaan antara budaya nasional dan budaya lokal atau budaya
daerah menjadi sebuah penegasan untuk memilah mana yang disebut budaya nasional
dan budaya lokal baik dalam konteks ruang, waktu maupun masyarakat penganutnya.
Budaya nasional juga bisa dikatakan sebagai keanekaragaman kebudayaan lokal
yang berusah ditampung dan disatukan dalam lingkup sebuah negara, sehingga
budaya nasional diakui sebagai identitas nasional bangsa indonesia. Kebudayaan
nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari
kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin
dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada
kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional,
serta bahasa nasional. Koentjaraningrat mengatakan bahwa ”kebudayaan
nasional” adalah suatu kebudayaan yang didukung oleh sebagian besar warga suatu
negara, dan memiliki syarat mutlak bersifat khas dan dibanggakan, serta
memberikan identitas terhadap warga. Dengan demikian, budaya nasional
adalah budaya yang dihasilkan oleh masyarakat bangsa tersebut sejak zaman
dahulu hingga kini sebagai suatu karya yang dibanggakan yang memiliki kekhasan
bangsa tersebut dan memberi identitas warga, serta menciptakan suatu jati diri
bangsa yang kuat. Unsur-unsur dalam kebudayaan nasional hanya dapat
dimanifestasikan pada unsur budaya bahasa, kesenian, pakaian, dan upacara
ritual. Unsur kebudayaan lain bersifat universal sehingga tidak dapat
memunculkan sifat khas, seperti teknologi, ekonomi, sistem kemasyarakatan, dan
agama. Kebudayaan nasional sesungguhnya dapat berupa sumbangan dari kebudayaan
lokal. Jadi, sumbangan beberapa kebudayaan lokal tergabung menjadi satu ciri
khas yang kemudian menjadi kebudayaan nasional.
Contoh – contoh kubadaya nasional antara lain
:
Pakaian Nasional
Pakaian adat Indonesia jumlahnya sangat
banyak. Hampir setiap daerah memiliki pakaian adatnya masing-masing dan dari
banyaknya pakaian adat itu dipilihlah beberapa pakaian adat yang dapat mewakili
Indonesia secara umum.
Contohnya, di Jawa ada batik, beskap dan
kebaya. Di Bali ada kamben. Di Nusa Tenggara ada kain tenun yang menjadi ciri
khasnya.
Untuk mewakili Indonesia secara umum
dipilihlah batik dan kebaya sebagai pakaian nasional. Batik mendapatkan
perhatian dan tanggapan yang cukup baik dari dunia internasional. Hal ini tidak
lepas dari perjuangan para duta bangsa di berbagai bidang yang selalu
mengenakan batik setiap kali bertandang ke luar negeri. Hingga saat
ini hampir seluruh dunia telah mengetahui bahwa batik adalah pakaian
nasional Indonesia.
Rumah Adat Nasional
Rumah adat yang paling sering dianggap
sebagai rumah adat nasional di Indonesia adalah rumah joglo dan rumah gadang.
Rumah joglo adalah rumah adat dari Jawa dan rumah gadang adalah rumah adat dari
Minangkabau. Keduanya memiliki arsitektur yang unik dan sangat menggambarkan
karakter serta ciri khas bangsa Indonesia. Tidak heran jika kedua rumah ini
gambarnya sering terpampang di berbagai tempat yang mempromosikan keindahan
Indonesia. Pemilihan rumah adat nasional diputuskan berdasarkan kecocokan
dengan ciri khas bangsa Indonesia.
Alat Musik Nasional
Alat musik adat yang diangkat sebagai alat
musik nasional adalah gamelan. Gamelan banyak digunakan di berbagai daerah
di Indonesia seperti di Jawa dan di Bali. Gamelan dipilih karena dianggap dapat
memberikan ciri khas bagi bangsa serta memiliki keunikan tersendiri dibanding
dengan alat musik lainnya. Gamelan harus dimainkan secara berkelompok untuk
memberikan hasil suara musik yang baik. Oleh karena itu, gamelan sangat cocok
untuk menggambarkan adat masyarakat Indonesia yang suka bergotong royong dan
bekerjasama dalam kehidupannya.
Kesenian Nasional
Kesenian nasional Indonesia biasanya
digambarkan dengan kesenian wayang kulit. Meskipun di Indonesia banyak sekali
jenis kesenian adat yang bisa dipilih namun wayang kulitlah yang paling sering
digunakan untuk menggambarkan kesenian nasional. Kesenian nasional ini harus
selalu dilestarikan, jika tidak bisa saja negara lain mengambil kesenian ini
dan mematenkannya sebagai kesenian nasional negara mereka. Hal ini seperti yang
pernah terjadi pada reog Ponorogo yang pernah diakui oleh Malaysia sebagai
kesenian nasional negaranya. Wayang kulit pun hampir bernasib sama karena
hampir dipatenkan oleh negara lain sebagai kesenian nasionalnya. Hal ini
dikarenakan Indonesia dan Malaysia adalah negara serumpun yang bisa saja banyak
kesamaan dalam kebudayaan dan keseniannya. Jika tidak dilestarikan maka
kesenian ini akan musnah dimakan perubahan jaman.
Masakan Nasional
Masakan nasional di Indonesia jumlahnya sudah
tidak dapat dihitung lagi. Banyak sekali makanan tradisional yang bisa dijadikan
masakan nasional. Yang paling lazim dijadikan ikon Indonesia adalah masakan
rendang Padang. Hal ini dikarenakan rendang Padang telah memiliki pamor yang
sangat baik di negara lain bahkan di dunia. Rendang dinobatkan sebagai salah
satu makanan khas paling lezat di dunia sehingga tidak heran lagi jika rendang
didapuk sebagai masakan nasional Indonesia.
Peninggalan Bersejarah
Peninggalan sejarah yang menggambarkan
kebudayaan nasional Indonesia sudah tidak bisa dihitung lagi jumlahnya. Candi
Borobudur adalah salah satu yang paling sering dijadikan ikon peninggalan
bersejarah di Indonesia. Candi Borobudur juga telah dinobatkan menjadi salah
satu destinasi wisata sejarah yang paling disukai oleh turis mancanegara.
Selain itu masih ada Candi Prambanan di Sleman dan Klaten yang
juga dijadikan ikon warisan budaya. Candi Prambanan memiliki keindahan
tersendiri yang pada akhirnya banyak orang menobatkan Candi Prambanan
sebagai ikon dari kebudayaan bersejarah di Indonesia.
2.4 Budaya
Asing
Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
a. Sistem religi yang meliputi:
o sistem kepercayaan
o sistem nilai dan pandangan hidup
o komunikasi keagamaan
o upacara keagamaan
b. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:
o kekerabatan
o asosiasi dan perkumpulan
o sistem kenegaraan
o sistem kesatuan hidup
o perkumpulan
c. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:
o flora dan fauna
o waktu, ruang dan bilangan
o tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia
d. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk:
o lisan
o tulisan
e. Kesenian yang meliputi:
o seni patung/pahat
o relief
o lukis dan gambar
o rias
o vokal
o musik
o bangunan
o kesusastraan
o drama
f. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi:
o berburu dan mengumpulkan makanan
o bercocok tanam
o peternakan
o perikanan
o perdagangan
g. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi:
o produksi, distribusi, transportasi
o peralatan komunikasi
o peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
o pakaian dan perhiasan
o tempat berlindung dan perumahan
o senjata
a. Sistem religi yang meliputi:
o sistem kepercayaan
o sistem nilai dan pandangan hidup
o komunikasi keagamaan
o upacara keagamaan
b. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:
o kekerabatan
o asosiasi dan perkumpulan
o sistem kenegaraan
o sistem kesatuan hidup
o perkumpulan
c. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:
o flora dan fauna
o waktu, ruang dan bilangan
o tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia
d. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk:
o lisan
o tulisan
e. Kesenian yang meliputi:
o seni patung/pahat
o relief
o lukis dan gambar
o rias
o vokal
o musik
o bangunan
o kesusastraan
o drama
f. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi:
o berburu dan mengumpulkan makanan
o bercocok tanam
o peternakan
o perikanan
o perdagangan
g. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi:
o produksi, distribusi, transportasi
o peralatan komunikasi
o peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
o pakaian dan perhiasan
o tempat berlindung dan perumahan
o senjata
Budaya Dalam era globalisasi seperti sekarang ini kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya rakyat Indonesia yang bergaya hidup kebarat-baratan seperti mabuk-mabukkan,clubbing,memakai pakaian mini,bahkan berciuman di tempat umum seperti sudah lumrah di Indonesia. Proses akulturasi di Indonesia tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus: ”the things of humanity all humanity enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif. Proses filtrasi perlu dilakukan sedini mungkin supaya kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia tidak akan merusak identitas kebudayaan nasional bangsa kita. Tetapi bukan berarti kita harus menutup pintu akses bangsa barat yang ingin masuk ke Indonesia, karena tidak semua kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia berpengaruh negatif, tetapi juga ada yang memberi pengaruh positif seperti memajukan perkembangan IPTEK di Indonesia. Prioritas yang perlu kita lakukan terhadap kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia adalah kita harus lebih selektif kepada kebudayaan barat.
Dampak kebudayaan barat di Indonesia dicerminkan dalam wujud globalisasi dan
modernisasi yang dapat membawa dampak positif dan dampak negatif bagi bangsa
kita.
Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya
modernisasi dan globalisasi dalam
budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional
menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk
berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya
industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih
merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dampak Negatif
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan
industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah.
Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak
pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat
merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam
beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif
yang mulai menggeser budaya asli
adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan
lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka
akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang
stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
Kesenjangan social menyebabkan adanya jarak antara si kaya dan si miskin
sehingga sangat mungkin bias merusak kebhinekaan dan ketunggalikaan Bangsa
Indonesia
Contoh
kebudayaan asing yang memengaruhi kebudayaan nasional :
Wayang
Wayang di Indonesia sangat besar
pengaruhnya dari India. Wayang di Indonesia terdiri dari pelbagai jenis, ada
wayang geber, wayang kulit, wayang wong, dan bentuk wayang lain. Keseluruhannya
telah menjadi kebudayaan nasional karena telah menjadi identitas khas bangsa
Indonesia, kebanggaan bangsa Indonesia, dan telah ada sejak beberapa abad yang
lalu. Pengaruh asing, dalam hal ini berasal dari India merasuk kuat pada wayang
Indonesia.
Baju Daerah
Baju adat Betawi yang digunakan saat pernikahan yang
merupakan campuran budaya Tionghoa dan Arab. Pakaian pengantin wanita
terpengaruh budaya Tionghoa, sedangkan baju pengantin laki-laki terpengaruh
budaya Arab. Dari rona pakaiannya pun, dapat terlihat. Merah dan emas ialah
rona nan identik dengan masyarakat Tionghoa. Campuran seperti ini tentunya
sudah terjadi sejak dulu, saat Indonesia didatangi negara lain. Budaya pun ikut
memberi pengaruh terhadap budaya daerah dan masyarakatnya.
Tari Tradisional
Tari seudati berasal dari Aceh merupakan tari nan terpengaruh
oleh budaya Melayu dan Arab, khususnya budaya Islam. Saat agama Islam masuk ke
Aceh, budayanya ikut memengaruhi tarian, termasuk tari seudati. Tari seudati
sendiri berasal dari kata syahadat nan berarti 'pengakuan terhadap Allah dan
Nabi Muhammad'. Syair-syair nan dibawakan dalam tarian ini pun menggunakan
bahasa Arab dan Melayu. Dengan dialek Aceh nan khas saat mendendangkan syair
tersebut, tarian ini menjadi budaya akulturasi nan indah.
Dan banyak lagi kebudayaan asing yang mempengaruhi kebudayaan nasioanal
baik yang sifatnya Positif maupun sifatnya negatif. Dalam mengatasi dampak
negatif dari budaya asing yaitu dengan memperkuat budaya daerah (lokal)
sehingga kebudayan nasional tidak akan digerus oleh jaman.
Apabila
dilihat dalam gambar, maka proses pembentukan jati diri bangsa dalam konteks
budaya daerah dan budaya asing itu sebenarnya harus lebih banyak berlandaskan pada
budaya daerah sendiri dan bukan pada budaya asing. Dalam pembentukan jati diri bangsa,
budaya daerahlah yang lebih banyak memainkan peranannya, sedangkan budaya asing
berfungsi secara tidak langsung untuk memperkaya budaya daerah itu. Dari gambar
tersebut dapat dipahami bahwa budaya-budaya daerah itulah yang seharusnya
menjadi fundamen utama dalam pembentukan jati diri bangsa, bukan budaya asing.
Apa yang disebut jati diri di sini tidak lain adalah karakteristik jiwa bangsa
yang bersumber dari akar budaya masing -masing. Budaya-budaya daerah yang
membentuk karakteristik masyarakatnya masing-masing, dengan sendirinya juga
akan memberi jati diri pada setiap anak bangsa Indonesia. Dalam proses
modernisasi atau dalam situasi apa pun jati diri bangsa harus tetap ada. Di
samping itu, kita juga perlu menyadari bahwa globalisasi secara simultan pasti
membawa dua dampak ( effects), yakni dampak positif dan negatif. Oleh
karena itu, dalam memasuki era globalisasi tersebut, tantangan berat yang
sesungguhnya harus kita hadapi adalah memperkukuh moral dan budaya bangsa.
BAB III
Kesimpulan
1. Kebudayaan adalah keseluruhan
kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan
yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Kebudayaan daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa
keindahan melalui kesenian belaka; tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara
berperilaku, bertindak, serta pola pikiran yang berada jauh dibelakang apa yang
tampak tersebut.
3. Budaya Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di Negara
tersebut. Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi
dengan dareah lain di suatu Negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi
kebiasaan-kebiasaan dari Negara tersebut.
4. Dampak kebudayaan barat di Indonesia dicerminkan dalam wujud globalisasi
dan modernisasi yang dapat membawa dampak positif dan dampak negatif bagi
bangsa kita.
Dampak
Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dampak
Negatif
a. Pola Hidup Konsumtif
b. Sikap Individualistik
c. Gaya Hidup
Kebarat-baratan
d. Kesenjangan Sosial
5. Contoh budaya daerah/budaya
nasioanal yang dipengaruhi oleh budaya asing:
o
Kesenin wayang yang
terpengaruh oleh kebudayaan India
o Baju
adat Betawi yang digunakan saat pernikahan yang merupakan campuran budaya
Tionghoa dan Arab
o Tari
seudati berasal dari Aceh merupakan tari nan terpengaruh oleh budaya Melayu dan
Arab
o Dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
Adriana,
Deni.2000. Budaya Lokal Definisi dan
Ruang Lingkupnya: Cultural Studies center for cross cultural
communication Bandung , Indonesia. Kalam Hidup:
Bandung
Koentjaraningrat,
1994, Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Judistira, F. (2008). Budaya
Sunda : Melintasi Waktu Menentang Masa Depan. Bandung: Lemlit UNPAD
No comments:
Post a Comment